Metamorposis Pemikiran Ki Hajar Dewantara dari Kurikulum Kehidupan Menjadi Kurikulum Merdeka Belajar.

 

Kurikulum Merdeka di dunia pendidikan, bukan pendatang baru, tapi konsepnya sudah lama di gulirkan oleh bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Sekarang seolah- olah bermetamorposis menjadi kurikulum merdeka belajar.

Secara substansi kurikulum kehidupan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu tujuannya memerdekakan anak didik, secara original atau secara natural berdasarkan potensi dan talenta yang berbeda- beda.

Menemukan konsep dasar memerdekakan konsep pendidikan, membuat nama Ki Hajar Dewantara terus “menyala” sampai saat ini, jasadnya terkubur di perut bumi namun ide dan gagasannya tak pernah mati, tak lekang dimakan zaman.

Namanya tercatat abadi di tetesan tinta megan, sebagai historis yang heroik, menjadi tersohor sebagai pahlawan pendidikan Indonesia. Bahkan ia mendapat julukan sebagai Bapak Pendidikan.

Melalui buah pemikirannya, Ki Hajar Dewantara berpendapat jika pendidikan adalah serangkaian proses untuk memanusiakan manusia.

Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat.

Maka dari hal itu, diharapkan seorang peserta didik harus memiliki jiwa merdeka dalam artian merdeka secara lahir dan batin serta tenaganya.

Karena seorang manusia akan bersepakat ingin menjalani hidup secara merdeka, tidak dijajah dan tidak juga menjalani perbudakan.

Jiwa yang merdeka sangat diperlukan sepanjang zaman agar bangsa Indonesia tidak didikte oleh negara lain.

Terinspirasi oleh pemikiran yang selalu aktual sepanjang zaman. Mi Terpadu Cintaraja memilih tidak terpolarisasi dengan kurikulum yang setiap tahun berubah.

Terlebih diakherat nanti kita wajib meyakini tidak akan ditanya menggunakan kurikulum apa? Saat belajar mengenyam ilmu pengetahuan.

Tapi implementasi atau out put lah yang substansinya adab, akhlak, pengahambaan kepada Allah Swt yang akan menjadi bahan pertanyaan kelak di yaumul jaza.

Kita sebagai guru mempunyai tugas dan kewajiban, mengaplikasikan pemikiran brilyan Ki Hadjar Dewantara memiliki istilah sistem among. Mengutamakan pendampingan, memberi suri tauladan, yakni melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta mematikan kreativitasnya.

Bagaiamana di sekolah kami, MI Terpadu Cintaraja, mengubah pola penekanan menjadi pola pendampingan pengembangan potensi anak yang lebih populer dengan kurikulum bersinergi satu anak satu kurikulum.

Anak didik akan lebih enjoy dan menyenangi pelajaran tanpa paksaan tanpa dimatikan kreatifitasnya dan dirampas hak- hak anak agar tetap bisa bermain.

Dengan demikian belajar di sekolah akan menjadi titik kulminasi memahami arti kehidupan yang ada pada diri masing- masing manusia. Sebagai anugrah yang istimewa karena memiliki potensi dan talenta yang berbeda- beda

Dunia pendidikan bukanlah industri yang dapat mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Dan hurus difahami anak didik itu bukan barang jadi seperti hasil industri yang bisa dibentuk semaunya dengan hasil atau bemtuk yang sama bahkan tanpa cacat.

Tak pantas kurikulum digeneralisasikan berlaku untuk anak didik dari Sabang sampai Merauke.

Sedangkan dari satu rahim saja anak terlahir akan memiliki keunikan potensi yang berbeda-beda.

Anak kembar saja lahirnya tetap beda waktu berbeda dan satu2, begitupun lahirnya anak kembar secara sesar, pasti satu satu tidak sekaligus ‘dirawel”.

Sepantasnya Ini menjadi gambaran bahwa potensi dan kemampuan manusia itu tidak bisa disamartakan. Semoga Peringatan Hari Pendidikan Nasional mampu membooster tentang kurikulum kehidupan dan aplikasi substansi merdeka belajar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *