Gak Sulit Menerapkan Kurikulim Merdeka

 

Merdeka kan lah anak didik atau santri kita untuk memilih apa kesukaan mereka (passion) dalam beraktifitasnya.

Merdekakan lah imajinasinya, gerakan tubuhnya untuk mengeluarkan keringatnya.

Karena kita guru hanya sebagai pendamping (guider), bukan pembentuk frame bahkan bukan juga pengarah.

Kecerdasan anak akan muncul dengan sendirinya secara original.

Dan ini lah modal kesuksesan di masa yang akan datang.

Kenapa Anak- anak betah tinggal di Pesantren Terpadu Cintaraja walau pun secara fasilitas penuh dengan kesederhanaan.

Karena di sini masa kekanak- kanakannya tidak dirampas.

Seperti kita dulu pernah menjadi anak- anak, membunyikan bel sepedah, kriiing….. Kring…. Kring….. Kring…..

Saling sapa mengajak bermain bersama, bersepedah berlari- lari dipangan berumput, di buruan rumah dan bermain mobil-mobilan hasil kreasi dan imajenasi sendiri.

Tertawa lepas, menangis, dengan gerakan fisik kadang tersungkur, terjatuh mencium tanah memecah kesunyian.

Kini suasana ini telah hilang tenggelam tergerus waktu yang congkak.

Anak- anak kita zaman Z, lebih suka bermain aflikasi bunuh-bunuhan, sumpah serapah, marah-marah sendiri dan tertawa, lewat gamer hape.

Kecanggihannya tak disadari membunuh gerakan fisik dan memutuskan suplai syaraf- syaraf penting ke otaknya.

Larut terbuai terbawa emosi semu yang tak berujung.

Bahkan semakin gila dan melenyapkan kodrat sisi kemanusiaan.

Mereka menjadikan hape seperti agama baru, benar- benar tak boleh lepas dan kadang perintahnya selalu diikuti.

Mengalahkan hutbah di atas mimbar masjid yang berkubah dan nasihat- nasih lembut di setiap ceramah dan pengajian tak punya ruang di file otak anak-anak sekarang.

Tak ada cerita indah, karena kisah mu telah terampas, terengut sang waktu.

Padahal Romansitisme indahnya masa anak- anak tak bisa diulang dengan mesin waktu.

Meski suatu saat setelah mampu di tanganmu melilit jam arloji branded yang harganya milyaran. Tak bisa memutar tetang waktu yang gratis padahal sangat berharga.

Sebab ke indahan masa kecil tak bisa dibeli dengan harga tak terhingga.

Meski pun kau mejadi Sultan tapi tak akan mampu menciptakan masa lalu saat kanak- kanak dengan harta dan kekuasaan mu.

Setelah dewasa bisa saja membeli mobil remot yang mahal, kau bisa membeli sepatu bola yang mahal sekaligus dengan lapang futaslnya. Namun harta kekayaan mu tak akan mampu membeli masa lalu, masa kecil yang indah.

Meski dengan mainan sederhana, mobil-mobilan terbuat dari bekas botol mineral, dan lampu dari bateri kecil yang bekedip bagaikan segerombolan kunang-kunang dikegelapan.

Namun kebahagiannya belum tentu mengalahkan saat kelak kau menendarai mobil lamborghini Sekalipun.

Ini yang membuatmu betah di pesantren, karena masa sekarang, kebersamaan dengan seusiamu belum tentu kau temukan di lingkungan mu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *